Pantauan dari Balai Hisab Rukyat Ibnu Syatir hari tanpa Bayangan di Ponorogo terjadi pada tanggal 14 Oktober 2023

Awal sampai pertengahan Oktober biasanya menjadi hari yang paling panas di Ponorogo dan daerah lain yang memiliki nilai lintang yang serupa. Kondisi ini disebabkan oleh lintasan gerak semu matahari yang mendekati koordinat lintang Ponorogo, yang puncaknya biasa disebut dengan “tumbuk”. Tumbuk adalah istilah dalam Bahasa Jawa yang menggambarkan sebuah peristiwa astronomis, di mana matahari mengalami puncak kulminasi (tepat di atas kepala). Puncak kulminasi ini menyebabkan semua benda yang tegak tidak akan mengeluarkan bayangan sama sekali, sehingga saat tersebut biasa disebut dengan hari tanpa bayangan.

Dr. Ahmad Junaidi Ahli Falak dari Balai hisab Rukyat Ibnu Syatir Pondok Pesantren Al Islam mengatakan, Peristiwa tumbuk terjadi ketika posisi matahari saat kulminasi/zawal yang diukur dari equator sama dengan nilai lintang tempat. Peristiwa tumbuk ini terjadi karena pergerakan harian bumi dalam perjalanan revolusinya yang menyebabkan pergeseran semu matahari dari utara ke selatan dan sebaliknya. Nilai pergeseran semu matahari ke selatan atau ke utara ini sejauh kurang lebih 0,9856 derajat perhari, dengan jarak tempuh maksimal sejauh 23,5 derajat di utara katulistiwa dan 23,5 derajat di selatan katulistiwa. Sehingga, wilayah yang mengalami “tumbuk” hanyalah wilayah yang memiliki nilai lintang lebih kecil atau sama dengan 23,5 derajat, baik untuk lintang positif (+) (untuk wilayah utara katulistiwa) maupun lintang negatif (-) (untuk wilayah selatan katulistiwa).

“Nilai pergeseran semu matahari yang diukur dari equator akibat perjalanan revolusinya mengelilingi matahari ini disebut declination. Dengan bahasa sederhana bisa dikatakan, waktu tumbuk Ponorogo terjadi ketika nilai declination matahari saat kulminasi sama dengan nilai Lintang Ponorogo, (antara -7 derajat 48 menit sampai -8 derajat 10 menit).” Menurut Doktor muda yang juga Dosen Falak di IAIN Ponorogo.

Detail dalam karya tersebut menunjukkan kepedulian sang seniman.

Orang Jawa pada umumnya mengatakan waktu tumbuk terjadi pada tanggal 10 Oktober, namun tanggal tersebut sesungguhnya saat matahari mulai melintas di atas pulau Jawa. Sedangkan saat tumbuk yang sebenarnya di masing-masing daerah berbeda-beda sesuai dengan nilai Lintang dari daerah tersebut. Dengan mengacu pada data astronomi kontemporer bisa diketahui bahwa nilai declination matahari saat kulminasi yang paling mendekati nilai lintang Ponorogo adalah antara tanggal 13 dan 14 Oktober. Untuk kasus tahun 2023 ini, saat “tumbuk” untuk Ponorogo dan sekitarnya terjadi pada hari Sabtu Pon, 14 Oktober 2023.

Waktu Tumbuk Ponorogo sekaligus menjadi penanda masuknya musim hujan untuk daerah Ponorogo. Untuk tahun ini, tanda itu bahkan sudah bisa terlihat sejak Selasa Pahing, 3 Oktober 2023, dimana sebagian wilayah Ponorogo dan sekitarnya sudah mulai diguyur hujan ringan.

Sama hal dengan Qibla Day di Mekah pada tanggal 28 Mei dan tanggal 16 Juli jam 12 waktu setempat, waktu tumbuk Ponorogo juga akan menjadi penunjuk arah wilayah Ponorogo dari seluruh penjuru yang masih mengalami waktu siang. Pada saat tumbuk tersebut semua bayangan benda tegak yg berada di seluruh penjuru yang masih mengalami siang akan menuju ke arah Ponorogo.

Menurutnya, Saat tumbuk terjadi pada jam 12 waktu istiwa’, atau dalam Ilmu Falak bisa dirumuskan sbb:

12 – e + KWD

Dimana,

12 : Saat jam 12 siang

e   : Equation of Time (perata waktu) =00o 13′ 53″ (dari tabel data astronomi).

KWD      : Koreksi Waktu Daerah, yakni koreksi dari WIB ke waktu Ponorogo yang dirumuskan dengan, Bujur WIB dikurangi Bujur Ponorogo dibagi 15. (105 – 111o 29′)/15 = – 00o 25′ 56″.

12 – 00o 13′ 53″ + (-00o 25′ 56″) = 11o 20’ 11”

Tepatnya pada pukul 11.21 wib.

Ilmu Falak/Astronomi yang hakekatnya sebagai Observational Science, menuntut pengamalnya untuk selalu meneliti dan mengoreksi hasil perhitungannya dengan observasi. Untuk membuktikan kebenaran atau kesalahan hitungan di atas, bisa dilakukan sebuah eksperimen sederhana dengan menggunakan sebuah Gnomon dan sebuah Tripod yang dicopot penutup atasnya, sehingga pipa yang tegak di tengah nampak lobangnya dan bisa dikasih bandul/unting-unting. Dengan teknik sederhana ini bisa diamati apakah pada pukul 11:20 – pukul 11:21 matahari sama sekali tidak mengeluarkan bayangan pada tongkat Gnomon, dan sinar yang masuk melalui lobang tripod tepat berada di tengah-tengah bandul/unting-unting. Selamat mengamati waktu tumbuk Ponorogo dan selamat datang di musim hujan.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *