SANTRI AL-ISLAM BERPRESTASI DENGAN LITERASI

Literasi adalah serangkaian kecakapan individu dalam menyampaikan informasi, membaca, menulis, dan memecahkan masalah guna mengembangkan potensi diri di kehidupan sehari-hari. Literasi juga bagaikan nawasena bagi kehidupan manusia. Membuka jendela dunia untuk masa depan yang cerah dan penuh harapan. Seperti cerpen yang telah ditulis oleh salah satu santri Al-Islam Joresan, Muhammad Nur Farid Azka. Santri yang menginjak kelas 11 itu menyalurkan potensinya melalui menulis. Siapa sangka, ternyata hobi dan kemampuannya mengolah kata bisa menghantarkan dirinya untuk meraih peringkat 3 lomba cerpen se-Karesidenan Madiun yang diselenggarakan oleh Jurusan Tadris Bahasa Indonesia, Institut Agama Islam Negeri (IAIN Ponorogo).

Santri yang akrab disapa Farid itu mengambil judul “Nawasena” dalam cerpennya. Istilah itu berasal dari bahasa sansekerta yang memiliki arti masa depan yang cerah. Cerpen yang bertema “Literasi Digital dalam Era Pendidikan: Menyiapkan Generasi Masa Depan” diolah dengan begitu menarik olehnya. Cerpen tersebut membahas tentang adanya perkembangan teknologi dan infomasi, ternyata memudahkan akses literasi digital. Selain dampak negatif yang ditimbulkan dengan mudahnya muda-mudi mengakses internet tanpa bijak, ternyata juga memiliki banyak manfaat untuk gerbang masa depan yang cerah.

Perlombaan tersebut diikuti oleh siswa SMA/MA sederajat se-Karesidenan Madiun. Banyak peserta yang tidak berasal dari Ponorogo, dan santri Al-Islam ini mampu membuktikan dirinya bahwa santri juga bisa berprestasi. Mengutip dari kalimat Imam Al-Ghazali, bahwa “kalau kamu bukan anak raja, dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”. Semoga semangat santri Al-Islam ini bisa ditularkan kepada seluruh santri, sehingga tercipta literasi yang baik untuk menyongsong masa depan yang lebih cerah. Seorang penulis terkenal dari Indonesia, Pramoedya Ananta Toer mengatakan bahwa; “orang boleh pandai setinggi langit, tetapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”. (Ustadzah Ani Hidayatul Munawaroh)


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *