
(Catatan kecil Imron Ahmadi)
Madrasah ramah anak bukan tempat untuk memanjakan siswa seperti kebanyakan pemahaman masyarakat dan pelaku pendidikan selama ini. Sehingga seakan akan masyarakat mau membayar mahal karena merasa nyaman sudah menitipkan anaknya dan diasuh sesuai kemauannya. Sementara pelaku pendidikan tidak berani melakukan tindakan tindakan edukatif karena merasa melanggar hak asasi anak atau “lebih ekstrim” akan menyengsarakan anak didik dengan tindakan disiplin yang diterapkan Madrasah.
Madrasah Ramah Anak merupakan ruang belajar yang menumbuhkan, bukan menekan. Di dalamnya, kurikulum dirancang berbasis cinta: memanusiakan peserta didik, mendidik dengan kasih, dan menumbuhkan potensi dengan kegembiraan.

Berbeda dengan kurikulum berbasis kesengsaraan yang menekankan hukuman, tekanan, dan beban berlebih, kurikulum berbasis cinta berlandaskan pada:
- Kehangatan relasi guru-murid.
- Pembelajaran yang menyenangkan dan relevan.
- Lingkungan aman, inklusif, dan suportif.
- Penguatan karakter dan nilai kemanusiaan.
Dengan semangat cinta “bukan memanjakan”, madrasah bukan hanya mencerdaskan, tapi juga membahagiakan. Karena anak-anak tidak dilahirkan untuk disiksa dengan sistem, tapi untuk tumbuh dan berkembang dengan kasih.
Perbedaan Kurikulum Berbasis Cinta dan Kurikulum Berbasis Kesengsaraan:
- Tujuan Pendidikan.
Berbasis Cinta: Menumbuhkan karakter, potensi, dan rasa percaya diri anak.
Berbasis Kesengsaraan: Mengejar hasil akademik semata, tanpa mempedulikan kondisi psikologis siswa. - Suasana Belajar.
Berbasis Cinta: Nyaman, menyenangkan, ramah anak.
Berbasis Kesengsaraan: Penuh tekanan, ancaman, dan ketakutan. - Metode Pengajaran.
Berbasis Cinta: Kolaboratif, dialogis, menghargai keberagaman gaya belajar.
Berbasis Kesengsaraan: Seragam, kaku, dominan ceramah, minim empati. - Peran Guru.
Berbasis Cinta: Sebagai pembimbing, sahabat, dan inspirator.
Berbasis Kesengsaraan: Sebagai penguasa kelas dan pelaksana hukuman. - Dampak bagi Siswa.
Berbasis Cinta: Anak tumbuh bahagia, kreatif, dan percaya diri.
Berbasis Kesengsaraan: Anak cemas, tertekan, bahkan kehilangan semangat belajar.
Pendidikan seharusnya menumbuhkan, bukan menekan. Madrasah ramah anak hadir dengan kurikulum berbasis cinta: karena masa depan cerah dimulai dari hati yang gembira.
Kepala MA Al Islam Joresan yang merupakan Madrasah Ramah Anak.
Leave a Reply