Atmosfir penciptaan guru profesional terlihat selalu 2 Minggu di pertengahan bulan februari 2025 ini. Al Islam Joresan kembali menyelenggarakan kegiatan ‘Amaliyatu Tadris (praktik mengajar) yang merupakan aktivitas tahunan untuk santri kelas akhir (setara kelas XII MA/SMK) sebagai syarat mutlak untuk menjadi alumni Al Islam Joresan.

Kegiatan rutin Amaliyatu Tadris ini yang diadakan di Al Islam Joresan bertujuan sebagai Contoh untuk menyempurnakan pemahaman dalam kegiatan ajar-mengajar dan juga identik dengan tempat persemaian guru, sehingga para santri dididik dan dibina agar mampu mengajar atau menjadi guru. Dalam proses pendidikan calon guru, Al Islam Joresan tidak hanya mengajar teori pedagogik, akan tetapi disertai dengan praktik atau pengamalannya serta diikuti dengan evaluasi secara langsung.
Pimpinan Pondok Al Islam Joresan,Drs.H.Usman Yudi menyampaikan tujuan kegiatan ‘amaliyatu tadris antara lain untuk mempersiapkan para santri dalam memahami kegiatan proses belajar mengajar, memberikan kesempatan untuk latihan mengajar dan mendapatkan ilmu pedagogik dan menunjang potensi dan keterampilan santri untuk menjadi seorang guru yang profesional. Para ustadz / ustadzah dan teman teman kelompoknya akan memberikan penilaian dan evaluasi kepada masing-masing santri yang melakukan praktek mengajar.
“Menjadi seorang pendidik yang baik, perlu persiapan yang mantap. Tidak hanya materi tetapi juga fisik dan mentalnya. Sama dengan kegiatan Amaliyatu Tadris yang diadakan untuk memberikan cara mengajar yang baik dan benar sebagai bekal pengabdian dimasa mendatang,” terang Ustadz Usman Yudi
Pembimbing utama amaliyatu tadris Ustadz Safrudin Rusydi juga menuturkan persiapan kegiatan ‘amaliyatu tadris telah dimulai awal bulan Februari dan akan berakhir pada tanggal 26 Februari 2025. Para santri akhir dibekali terlebih dahulu melalui pengarahan tiap mata pelajaran yang diadakan oleh panitia pelaksana. Dalam pengarahan selama 3 hari tersebut, mereka dibimbing cara membuat perangkat pembelajaran yang baik dan benar, seperti membuat i’dadut tadris atau lesson plan, menentukan materi yang akan dijarkan, serta metode dan media yang akan digunakan dalam proses mengajar nantinya.
“Menjadi apapun kalian nantinya di masa depan ketika kembali ke masyarakat, jangan lupa mengajar. Maka prinsip yang selalu kita pegang teguh di dalam pondok ini adalah sistem lebih penting dari materi ajar, namun keberadaan guru lebih penting dari sistem, tetapi ruh atau jiwa guru lebih penting daripada guru itu sendiri. Oleh Karenanya kalian wajib mengetahui metode pendidikan yang sistematis sehingga diterima oleh masyarakat sebagai guru yang profesional, dan itu diajarkan melalui Amaliyatu Tadris,” tambah Ustadz Safrudin.
Enam delegasi terpilih dari Angkatan kelas akhir terpilih menjadi kelinci Percobaan dalam kelompok besar. Mereka mengikuti Amaliyatu Tadris Perdana di 6 tempat yang disediakan panitia beserta rekan-rekan angkatan seperjuangan yang berjumlah 400 santri.
“Kekeliruan itu bisa berupa metode, substansi materi, atau kekeliruan dalam lisan, bahkan kekeliruan dalam sikap. Misal, ada kesalahan kecil saat menuliskan sesuatu di papan tulis, lalu guru menghapusnya menggunakan tangan: berarti guru tidak mencontohkan kebersihan dan kerapian,” ujar Ustadz Imam Mudhori,S.PdI selaku salah satu musyrif kegiatan amaliyatut tadris.
Secara bergiliran selama seminggu mereka melakukan praktik mengajar di hadapan santri kelas 1 sampai kelas III dan IV int sesuai dengan jadwal yang telah disiapkan oleh panitia yang terbagi menjadi 33 kelompok. Mereka diminta untuk tampil laksana seorang guru profesional yang mengajar di kelas-kelas dengan memegang satu mata pelajaran yang berbeda-beda sesuai minat dan pilihan mereka.
Salah satu delegasi ‘amaliyatu tadris perdana Rizquna Sa’ya Haq menyampaikan terima kasihnya kepada pihak pondok dan madrasah serta segenap asatidz atas kesempatan dan pengalaman yang sangat berharga dari diadakannya kegiatan amaliyatut tadris ini.
“Dari sini kami belajar bahwa ada hal yang lebih penting selain mempersiapkan materi ajar yang baik yaitu metode penyampaian materi ajar. Materi ajar yang hebat tidak akan mampu diserap oleh peserta didik tanpa metode yang baik pula,” ujar Rizquna.
Imron Ahmadi, kepala madrasah menyampaikan bahwa yang menjadikan kegiatan ini semakin menantang adalah, pelajaran yang diajarkan merupakan pelajaran berbahasa Arab dan Inggris, sehingga pengajaranya pun menggunakan bahasa pengantar Arab dan Inggris. Namun, dengan persiapan yang matang dan bimbingan intensif dari asatidz yang lebih senior, para santri kelas akhir dapat melalui kegiatan ini dengan baik sehingga mampu menjadi bekal setelah keluar dari Almamater tercinta Al Islam.
Leave a Reply